KISAH HARUT & MARUT
Diriwayatkan oleh Abi Hatim dari Assham Bin Rawwad, dari
Adam, dari Abi Ja'far, dari Qais Ubaid, dari Ibnu Abbas r.a. berkata Ibnu
Abbas:
"Semakin lama makin banyak juga manusia anak cucu Adam
di permukaan bumi ini. Dan semakin banyak pula kerusakan dam maksiat yg mereka
lakukan. Diantaranya mereka kafir terhadap Allah . Melihat kejadian itu para
Malaikat dilangit lalu berkata kepada Allah :
Ya Tuhanku, alam yg Engkau ciptakan untuk tempat berbakti
dan beribadat terhadap Engkau, sudah dijadikan oleh manusia menjadi tempat
maksiat (mengingkari) ajaran Engkau, mereka saling membunuh, berzina, berjudi,
mencuri dan minum minuman keras, serta memakan harta anak yatim dan mengkafirkan
Engkau ya Tuhanku"
Kepada para Malaikat diperintahkan oleh Allah untuk memilih
dua Malaikat, lalu mereka memilih Malaikat Harut dan Marut, kedua malaikat itu
lalu diutus untuk turun kebumi. Kepada kedua Malaikat itu, Allah membangkitkan
semua hawa nafsu seperti layaknya manusia keturunan Adam dan Hawa. Kepada kedua
Malaikat ini diperintahkan oleh Allah agar beribadat dan mematuhi perintah
Allah, dan jangan mempersekutukan Tuhan, kepada keduanya, Allah melarang agar
jangan saling membunuh, memakan makanan haram, berzina, mencuri dan minum
minuman yg memabokkan. Kedua Malaikat itu lalu turun kebumi dan tinggal untuk
beberapa lama, menghukum antara yg haq, yaitu dizaman Nabi Idris a.s.
Dikala itu ada seorang wanita yg kecantikannya ditengah
wanita wanita sebagai venus (bintang kejora) ditengah segala bintang, kedua
Malaikat itu lalu mendatangi wanita itu, mulai merayu untuk menyerahkan
kehormatannya. Wanita itu menolak, kecuali keduanya itu mau menganut agama yg
dianutnya. Kedua Malaikat itu lalu menanyakan agama apa yg dianut wanita itu,
wanita itu lalu mengeluarkan berhala (patung) dan berkata: inilah yg aku
sembah. Kedua Malaikat itu menjawab: Kami tidak ada keinginan menyembah patung
itu, lalu keduanya pergi dengan sedih. Kemudian kembali keduanya mendatangi
wanita itu dengan maksud yg sama, yg juga dijawab dengan jawaban seperti waktu
pertama tadi. Sehingga keduanya kembali dengan hampa, dan demikian pula kali yg
ketiganya.
Karena keduanya tidak mau menyembah berhala, maka wanita itu
menyuruh pilih 1 diantara 3 perkara yaitu:
1. Menyembah berhala.
2. Membunuh
3. minum tuak.
Keduanya berfikir bahwa pertama dan kedua tidak pantas, yg
lebih ringan dosanya adalah minum tuak. Lalu kedua Malaikat itu minum tuak, dan
baru baru saja keduanya minum tuak itu, keduanya menjadi mabok, lalu melakukan
hubungan intim (enak gila) dengan wanita itu. Dan karena keduanya takut bahwa
wanita itu akan menceritakana pelanggaran berat kepada orang banyak, lalu kedua
Malaikat itu membunuh wanita yg itu.
Setelah kedua Malaikat itu sembuh dari maboknya, dan
menyadari bahwa keduanya sudah melakukan dosa dosa yg amat berat, begitu kedua
Malaikat itu mau naik ke langit, tetapi sudah tidak sanggup, sebab antara
langit dan bumi dipasang tutup untuk keduanya.
Melihat kejadian itu, sadarlah seluruh Malaikat yg ada
dilangit, bahwa manusia yg tidak kenal alam gaib pantas tidak takut berbuat
dosa, sehingga para Malaikat dapat mengerti kalo banyak manusia yg berbuat
dosa.
Sejak saat itu seluruh Malaikat dilangit, disamping memuji
Allah, mereka slalu berdoa agar Allah sudi kiranya mengampuni dosa dosa manusia
yg beriman yg tinggal dibumi ini.
Terhadap kedua Malaikat yg dijadikan percobaan itu, oleh
Allah disuruh pilih menjalani siksa dunia atau siksa akhirat. Lalu keduanya
memilih siksa dunia, karena dunia ini tidak kekal. Sedangkan siksa akhirat
adalah siksa yg kekal, begitulah kedua malaikat itu disiksa oleh Allah didunia,
dan bebas dari siksa diakhirat kelak.
Akhirnya banyak manusia yg mendatangi kedua Malaikat itu
untuk mempelajari ilmu sihir yg dapat mecerai beraikan antara suami isteri.
Kedua Malaikat itu tak lupa menerangkan kepada orang banyak, bahwa ilmu sihir
itu adalah sebagai (fitnah) bagi mereka, dan tidak akan berbarti apa apa
kecuali degan izin Allah, dan pasti mendatangkan kerusakan semata. Sekalipun
begitu, masih banyak saja manusia yg ingin mempelajarinya yg terang terangan
tidak manfaat dan malah akan mendapatkan siksa yg amat berat diakhirat kelak.
ALLAH swt Berfirman:
"Dan mereka (yahudi) mengikuti apa yg diceritakan oleh
setan setan tentang kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kufur, hanya
setan setan itu yg kufur. Mereka ajarkan ilmu sihir kepada manusia, dan ilmu yg
diturunkan kepada 2 Malaikat di Babil, bernama Harut dan Marut, padahal
keduanya tidak mengajarkan melainkan berkata:
Kami tidak lain melainkan percobaan, sebab itu janganlah
engkau kufur. Tetapi tetap mereka (yahudi) belajar dari kedua Malaikat itu
(ilmu) buat menceraikan antara suami dan isteri, dan mereka tidak membahayakan
seseorang melainkan dengan izin Allah. Tetapi mereka telah mempelajari apa yg
membahayakan mereka dan tidak memberikan manfaat kepada mereka padahal mereka
itu tahu, bahwasanya orang yg menggunakan sihir itu tidak mendapatkan
kebahagiaan yg baik diakhirat kelak, dan alangkah busuknya suatu harga yg
denganya mereka jual akan diri mereka, jika mereka mengetahui" (al-Baqarah
: 102)
Ayat tersebut membantah tuduhan yahudi yg mengatakan bahwa
Nabi Sulaiman lah yg pertama mengajarkan ilmu sihir, tetapi yg sebenarnya
adalah setan setanlah yg mengajarkan sihir itu. Kemudian mereka sekali lagi
dicobai melalui Malaikat Harut dan Marut. Tetap saja mereka mempelajari ilmu
sihir kepada ke dua Malaikat itu, sekalipun kedua Malaikat itu telah
memperingatkan bahwa sihir itu adalah cobaan agar mereka jangan melanggar
dengan mempelajarinya, namun mereka tetap mempelajarinya.
Cerita Harut dan Marut yg diterangkan diatas dan tersebut
dalam ayat diatas ini telah menimbulkan banyak perbeda'an pendapat dikalangan
para ahli tafsir. Apa mungkin Malaikan yg telah diakui dalam banyak ayat dan
hadits bahwa mereka suci tak bersalah, lalu mengerjakan kesalahan yg begitu
berat, berzina, minum tuak, membunuh dan mengerjakan ilmu sihir?
Ada yg berpendapat bahwa tidak mungkin Malaikat mengerjakan
dosa dosa berat seperti tersebut diatas ini. Sebab itu mereka, kedua Malaikat
yg bernama Harut dan Marut itu yg sebenarnya bukan Malaikat, tetapi manusia
biasa yg pada mulanya amat soleh/salih, sehingga dalam masyarakat ketika itu
mendapat julukan seperti Malaikat (baca Tafsir al-Furqan karya Ustadz A Hasan,
halaman 29.)
Sihir adalah suatu kekuatan ghaib yang tidak diridhai Allah.
Kekuatan tersebut biasanya digunakan untuk keburukan walaupun memang beberapa
di antara orang jahil ada yang mempergunakannya untuk tujuan baik seperti penggunaan
pelet dan pengasihan untuk melengketkan suami dengan istrinya. Namun demikian,
untuk tujuan apapun, sihir tetaplah suatu perkara yang diharamkan Allah dan
termasuk dosa besar yang mukaffirah (mengeluarkan pelakunya dari Islam).
Berikut adalah penggalan dari fatwa ulama Lajnah Adalah
Da’imah: “Ilmu gaib termasuk kekhususan Allah, maka tidak seorangpun dari
makhluk-Nya mengetahuinya, tidak jin dan tidak pula selainnya kecuali apa yang
diwahyukan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari para malaikat dan
Rasul-Nya. Allah SWT berfirman: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan bumi
mengetahui perkara gaib kecuali Allah’ (An Naml: 65)” (Al Lajnah Ad Dari’imah,
1/399).
Allah SWT berfirman dalam ayat-Nya yang agung:
“Sulaiman itu tidak kafir, akan tetapi setan-setan itulah
yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada dua malaikat di negeri Babylonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal
keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan:
‘Sesungguhnya kami hanyalah ujian bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir’” (Al
Baqarah: 102).
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
renungilah ayat tersebut. Ketahuilah bahwa sesungguhnya malaikat Harut dan
Marut diturunkan Allah ke bumi dengan membawa sihir. Akan tetapi mereka di
amanahkan apabila ada orang yang hendak belajar sihir dari mereka, maka mereka
akan memberi peringatan serius kepada orang tersebut bahwa kedatangan mereka
adalah sebagai ujian keimanan; maka dihadapkan dua pilihan kepada orang itu
apakah dia mau menjadi kafir dengan mempelajari sihir, ataukah dia memilih
tetap menjadi orang yang beriman dengan membatalkan rencananya mempelajari
sihir dari kedua malaikat itu.
Ibnu Abbas berkata: “Jika ada orang yang mendatangi keduanya
(Harut dan Marut) karena menghendaki sihir, maka dengan tegas keduanya melarang
orang tersebut seraya berkata; ‘Sesungguhnya kami ini hanyalah cobaan bagimu,
maka janganlah kamu kafir,’ karena keduanya mengetahui kebaikan, keburukan,
kekufuran dan keimanan, sehingga keduanya mengetahui bahwa sihir adalah
termasuk kekufuran.” (Riwayat Ibnu Abi Hatim, 1/312).
Hassan Al Bashri ketika menafsirkan ayat ini berkata:
“Benar! Kedua malaikat ini diturunkan dengan membawa ilmu sihir untuk mengajari
manusia sebagai bala’ (cobaan) yang hendak Allah berikan kepada manusia. Dan
Allah mengambil perjanjian atas keduanya (Harut dan Marut) untuk tidak
mengajarkan ilmu tersebut kepada siapapun kepada siapapun sampai keduanya
mengatakan; ‘Sesungguhnya kami hanyalah cobaan bagimu, maka janganlah kamu
kafir’” (Riwayat Ibnu Abi Hatim, 1/310).
Qatadah berkata: “Allah telah mengambil perjanjian atas
keduanya (Harut dan Marut) untuk tidak mengajarkannya (sihir) kepada siapapun
hingga keduanya mengatakan; ‘Sesungguhnya kami hanyalah cobaan, yaitu bala’
yang telah menimpa kami, maka janganlah kamu kafir’” (Ath Thabari, 2/443).
Ibnu Juraij berkata tentang ayat ini: “Tidak ada yang berani
mempelajari ilmu sihir kecuali orang kafir. Adapun fitnah yang dimaksud di sini
adalah cobaan dan ujian” (Ath Thabari, 2/443).
Demikianlah penafsiran tentang ayat ini. Sekali lagi kami
tekankan bahwasanya siapapun orangnya yang berniat mempelajari ilmu ghaib dan
sihir, maka orang itu telah menggadaikan keimanannya. Iman yang ada di dadanya
dijual dengan kekafiran hanya dikarenakan sekedar ingin menguasai ilmu sihir.
Aku berlindung kepada Allah SWT dari kesesatan mereka…
Hai orang-orang yang beriman kepada Allah, Rasul-Nya,
Kitab-Nya, Malaikat-Nya, Hari Pembalasan, dan Qada dan Qadar, sesungguhnya
telah banyak penjelasan tentang status keharaman sihir di antara manusia.
Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud: “Barangsiapa yang
mendatangi dukun atau tukang sihir, lalu ia mempercayai ucapannya, maka ia
telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad” (Kasyful Atsar,
2/443 dan diriwayatkan pula oleh Ahmad bin Hambal dari jalur Abu Hurairah,
2/429. Dishahikan Al Albani dalam Shahihul Jami’, no. 5939).
Jika orang yang mendatangi dan membenarkan perkataan dukun
saja langsung divonis kafir, maka bagaimana dengan sang dukun itu sendiri?
Pastilah julukan kafir lebih pantas disematkan kepadanya. Ambillah pelajaran!!!
Ibnu Katsir berkata: “Sebagian ulama menjadikan ayat ini (Al
Baqarah: 102) sebagai dalil untuk mengkafirkan orang yang mempelajari sihir”
(Tafsir Ibnu Katsir, 1/360).
Bajalah bin Abdah berkata: ”Telah sampai kepada kami surat
dari Umar setahun sebelum wafat yang isinya; ‘Hendaklah kalian membunuh semua
penyihir, baik laki-laki maupun permpuan’” (Al Kabair, hal. 22).
Ibnu Qudamah Al Maqdisi berkata: “Mempelajari dan
mengajarkan sihir adalah haram, kami tidak mengetahui ada perselisihan di
kalangan ahlul ilmi mengenai hal ini.” Sahabat-sahabat kami berkata: “Para
tukang sihir itu kafir secara lisan dan dengan kemauan sendiri” (Al Mughni
Ma’asy Syarhil Kabir, 8/151).
Sayyid Quthb mengkomentari ayat Al Baqarah 102: “Dan pada
kali lain kita dapati Al Quran menganggap sihir, mempelajari sihir, dan
mempergunakan ilmu sihir sebagai kekafiran, dan hal ini disebutkan melalui
lisan kedua malaikat Harut dan Marut itu” (Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, 1/117).
Wahai kaum muslimin terkhusus mukminin, sihir yang ada di
masyarakat saat ini apapun bentuknya adalah kesyirikan. Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya ruqa (jampi), tama’im (jimat), dan tiwalah (pelet)
adalah syirik” (HR. Ahmad, 1/381). Dalam potongan hadist yang lain, Rasulullah
SAW bersabda: “Barangsiapa menggantungkan jimat, maka dia telah berbuat syirik”
(HR. Bukhari, no. 3288). Bisa diambil kesimpulan orang yang bermain dengan jampi-jampi,
jimat, dan ilmu pelet adalah orang musyrik, dan Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah takkan mengampuni dosa syirik” (An Nisa: 48).
Tulisan ini hanyalah berfungsi sebagai peringatan bagi orang
yang masih peduli kapada tauhidnya. Mudah-mudahan siapapun yang membaca pesan
singkat ini bisa mengambil hikmah dan menjauhi perkara syirik serta
mendakwahkan kepada saudara-saudara yang lain agar mereka bisa memahami
kesyirikan. Akhir kata, semoga Allah membimbing kita dengan hidayah-Nya…