Semua umat islam yang ada di muka
bumi ini yang berniat untuk menjadi manusia yang bertakwa tentunya akan
berusaha untuk terus mendekatkan diri pada yang maha kuasa. Salah satunya
adalah saya yang berusaha untuk belajar mendalami sesuatu ilmu dan berharap
ilmu itu berguna untuk dunia dan ahiratku nanti.
Dalam masa kebimbangan dan kita berusaha
untuk mencari petunjuk, datanglah sebuah harapan. Harapan itu tentunya bisa datang
dari mana saja ( keluarga, teman atau lingkungan tempat tinggal)
Dan diantara ketiga tempat itu
temanlah yang sangat berpengaruh besar dalam belajar. Karena banyak alasan kenapa
temanlah yang sangat berpengaruh. Karena keterbatasan kita berkomunikasi dalam
keluarga sangat terbatas atau bahkan tertutup. karena orang-orang yang ada
dalam keluarga tak banyak memperdulikan
dan memperhatikan kebutuhan kita sebagai mahluk pencari jalan tuhan, Yang pingin
mendapatkan kebahagian baik dunia dan ahirat.
Dan dari situlah aku mengenal
sedikit dunia salafi dan wahabi.
Awalnya banyak keraguan karena secara logika banyak sekali
yang tidak masuk dalam akal dan daya pikirku.
Tahukah bahwa Kaum Salafi & Wahabi tidak menggunakan ulama
ushul yaitu ulama yang ahli mengenai pembahasan dasar-dasar ajaran agama di
dalam membahas dalil-dalil tentang bid'ah, sehingga orang-rang salafi terjebak
di dalam pembahasan dan fatwa yang tidak seragam.malah banyak yang
diperdebatkan.
Apalagi mereka hanya mengambil
pendapat ulama salaf tanpa mengetahui asal-usul penjelasannya dari para ulama setelah
mereka, maka perbedaan paham itu menjadi hal yang kemungkinannya sangat kecil.
Oleh karena itu, antara mereka saja
banyak terjadi perbedaan pendapat. Hal ini terjadi karena masing-masing mereka
selalu berupaya merujuk langsung suatu permasalahan kepada al-Qur'an, hadis,
dan pendapat ulama salaf. Tentunya, kapasitas keilmuan dan kemampuan yang
berbeda dalam memahami dalil, akan memunculkan perbedaan pandangan dalam
menyimpulkan dalil tersebut.
Asal tahu saja, proses seperti
inilah yang banyak memunculkan aliran-aliran sesat dan nabi-nabi palsu yang ada
saat ini, di mana setiap pelopornya merasa berhak mengkaji dalil secara
langsung dan memahaminya menurut kemampuannya sendiri masing-masing.
Sungguh berbeda dari ajaran
mayoritas ulama yang mengajarkan proses penyampaian ilmu atau wewenang dari seorang
guru kepada muridnya.
Kita pasti banyak menemukan (dalam
kitab-kitab mereka ataupun dalam buku-buku terjemahannya bahkan dalam gaya bicara
mereka yang dilanjutkan oeh para pengikutnya), dimana kaum Salafi & Wahabi
akan banyak berkata, "Berdasarkan firman Allah atau "Berdasarkan sunnah/hadis Rasulullah
Saw. Sedangkan para pengikut ulama
mayoritas banyak berkata, "Menurut Imam Nawawi di dalam kitab beliau …………
Lebih mengagetkan lagi ketika seorang
temanku datang dan bertamu kerumah dan datang bersama suaminya,mereka tidak
masuk ketika di persilakan. Hanya temanku saja yang mau masuk sedangkan
suaminya hanya mau duduk di kursi depan.
Ada lagi yang sempat kurasakan aneh
ketika aku puasa senin dan kamis ditanyakan tujuannya untuk apa dan aku hanya
malah mendapatkan dalil baru.apa lagi biasanya setelah solat kebiasaanku adalah
bersalaman dengan sesama yang ada di didekat kita. Sedangka n temankupun punya
kebiasaan yang berbeda. Dan masih banyak
lagi contohnya
Dan jika mereka menanyakan, bukankah
lebih tinggi al-Qur'an dan hadits daripada pendapat para ulama? Benar, tetapi
masalahnya bukan pada al-Qur'an atau hadistnya, melainkan pada pemahamannya.
Yang terasa kaum salafi wahabi
banyak keliru menempatkan dalil karena hanya disampaikan secara Dzahir dan
harfiah saja.sehingga terkadang fatwa yang mereka keluarkan selalu terkesan
aneh. Dan jika kita sadar maka itu sangat membahayakan kita dalam berkehidupan
bermasyarakat karena pahamnya sangat banyak penyimpangan dalam aqidah
Ahlussunah wal-jama’ah.
Jika kita masuk dan terlalu dalam ke
dalam pembelajaran dan doktrinpun sudah masuk kuat maka kita akan sangat sulit
saat membedakan mana hal-hal yang benar dan salah untuk di lakukan. Karena yang
ada hanyalah untuk ketaatan semata.
Tapi jika belum terlalu jauh dan masih pasif mungkin
sebagian dari kita bisa menyikapi perbedaan itu dengan bijaksana, meski
terkadang keraguan itu muncul.
Tapi bila pahamnya diyakini makan
akan menjadi benar dan jika tidak maka golongan sepertiku ini termasuk “sesat”.
Karena mereka menganggap pahamnya sangat istimewa maka yang
ku lihat malah banyak memperlihatkan sifat sombing bagi para jamaahnya “pengikutnya”
Dan selama aku belajar sebentar
bersama mereka, aku malah merasa banyak muncul permasalahan dalam rumah
tanggaku. Banyak perdebatan kecil yang meluap hingga menjadi besar.
Munculnya sifat egoisku dan memaksa pasanganku untuk
beribadah seperti yang aku mau, karena aku merasa benar.
Ternyata dampak dari belajar
sebentar saja sudah sangat besar.
Jika ini berlanjut maka bisa hancur rumah tanggaku.
Sebagai kondektur dalam rumah tangga
aku harus mengalah untuk keutuhan dan keharmonisan rumah tanggaku.
Harusnya kita bisa beribadah bersama dan saling mengingatkan
untuk urusan dunia ahirat kami agar tetap seimbang.
Rasanya memulai beribadah setelah
mengenal dunia salaf terasa sangat hambar dan berat karena pada saat berada di
salaf kita memperoleh kepuasan dan kenyamanan yang luar biasa.
Dan yang terjadi ketika memulai dari nol lagi sebagai
pribadi yang seperti dulu beribadah terasa sulit dan merasa hambar.
Tapi buat kebaikan aku harus yakin
tuhan akan menunjukkan jalan yang lurus buat kita yang mau berusa. Amin
Masih banyak sekali yang belum tertulis dari pengalamanku
mengenal dunia salaf.mohon bantuan kritik dan saran jika ada banyak yang tidak
sependapat!.
Terimakasih.
Manusia hanya mahluk yang tidak sempurna....tugas manusia hanya berusaha mencari kebenaran menurut keyakinan kita tp jangan merasa paling benar....waaah bahaya bs timbul sifat sombong tmp disadari dan merasa plg baik, benar serta sorga miliknya sendiri, knp kok memperebutkan sorga dg sedemikian sombongnya??? Benar ato salah itu khan hak prerogative Alloh makanya hati2.sorga bwt lingkungan, kluarga Dan dirisendiri artinya Mejaga hubungan yg baik selama tidak menyimpang dr kaidah agama. Kalau tidak ya...pst jd orang asing di dunia spt hidup dihutan, apa mau merenungkan kitab Alqur'an dan hadis di gua ditengah hutan biar bening pikir sambil berpuasa serta beristigfar memohon ampun dan nur Dr yang Maha hidup itu muncul di dalam qolbu dan bukan hanya dialam pikiran semata
BalasHapusterimakasih atas saranya @singir Asmara atas sarannya semoga dapat dijadikan renungan untuk penulis
Hapus