248.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah! Sesungguhnya aku
minta ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh
puluh kali.” [269]
249.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Wahai manusia! Bertaubatlah
kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.”
[270]
250.
Rasul Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca: ‘Aku
minta ampun kepada Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, Yang
Hidup dan terus-menerus mengurus makhlukNya.’ Maka Allah mengampuninya.
Sekalipun dia pernah lari dari perang.” [271]
251.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Keadaan yang paling dekat
antara Tuhan dan hambaNya adalah di tengah malam yang terakhir. Apabila kamu
mampu tergolong orang yang dzikir kepada Allah pada saat itu, lakukanlah.”
[272]
252.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Seorang hamba berada dalam
keadaan yang paling dekat dengan Tuhannya adalah di saat sujud. Oleh karena
itu, perbanyaklah doa.” [273]
253.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya hatiku lupa
(tidak ingat kepada Allah) padahal sesungguhnya aku minta ampun kepadaNya dalam
sehari seratus kali.” [274]
---------------------------------
[269]
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/101.
[270]
HR. Muslim 4/2076.
[271]
HR. Abu Dawud 2/85, At-Tirmidzi 5/569, Al-Hakim, dan menurut pendapatnya hadits
di atas adalah shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya 1/511, Al-Albani
menyatakan hadits tersebut adalah shahih. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 3/182,
Jami’ul Ushul li ahaditsir Rasul 4/389-390 dengan tahqiq Al-Arnauth.
[272]
HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i 1/279 dan Al-Hakim, lihat Shahih At-Tirmidzi
3/183, Jami’ul Ushul dengan tahqiq Al-Arnauth 4/144.
[273]
HR. Muslim 1/350.
[274]
HR. Muslim 4/2075, Ibnul Atsir berkata: “Maksud Nabi n lupa”, karena beliau
senantiasa memperbanyak zikir, selalu mendekatkan diri kepadaNya dan waspada.
Jadi, apabila sebagian waktu yang lewat tidak melakukan dzikir, maka beliau
menganggapnya dosa. Kemudian beliau cepat-cepat membaca istighfar. Lihat
Jami’ul Ushul 4/386.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar