Minggu, 12 Januari 2014

Sedikit mengeal ilmu salaf




Semua umat islam yang ada di muka bumi ini yang berniat untuk menjadi manusia yang bertakwa tentunya akan berusaha untuk terus mendekatkan diri pada yang maha kuasa. Salah satunya adalah saya yang berusaha untuk belajar mendalami sesuatu ilmu dan berharap ilmu itu berguna untuk dunia dan ahiratku nanti.

Dalam masa kebimbangan dan kita berusaha untuk mencari petunjuk, datanglah sebuah harapan. Harapan itu tentunya bisa datang dari mana saja ( keluarga, teman atau lingkungan tempat tinggal)

Dan diantara ketiga tempat itu temanlah yang sangat berpengaruh besar dalam belajar. Karena banyak alasan kenapa temanlah yang sangat berpengaruh. Karena keterbatasan kita berkomunikasi dalam keluarga sangat terbatas atau bahkan tertutup. karena orang-orang yang ada dalam keluarga  tak banyak memperdulikan dan memperhatikan kebutuhan kita sebagai mahluk pencari jalan tuhan, Yang pingin mendapatkan kebahagian baik dunia dan ahirat. 

Dan dari situlah aku mengenal sedikit dunia salafi dan wahabi.

Awalnya banyak keraguan karena secara logika banyak sekali yang tidak masuk dalam akal dan daya pikirku.

Tahukah bahwa Kaum  Salafi & Wahabi tidak menggunakan ulama ushul yaitu ulama yang ahli mengenai pembahasan dasar-dasar ajaran agama di dalam membahas dalil-dalil tentang bid'ah, sehingga orang-rang salafi terjebak di dalam pembahasan dan fatwa yang tidak seragam.malah banyak yang diperdebatkan.

Apalagi mereka hanya mengambil pendapat ulama salaf tanpa mengetahui asal-usul penjelasannya dari para ulama setelah mereka, maka perbedaan paham itu menjadi hal yang kemungkinannya sangat kecil.

Oleh karena itu, antara mereka saja banyak terjadi perbedaan pendapat. Hal ini terjadi karena masing-masing mereka selalu berupaya merujuk langsung suatu permasalahan kepada al-Qur'an, hadis, dan pendapat ulama salaf. Tentunya, kapasitas keilmuan dan kemampuan yang berbeda dalam memahami dalil, akan memunculkan perbedaan pandangan dalam menyimpulkan dalil tersebut.

Asal tahu saja, proses seperti inilah yang banyak memunculkan aliran-aliran sesat dan nabi-nabi palsu yang ada saat ini, di mana setiap pelopornya merasa berhak mengkaji dalil secara langsung dan memahaminya menurut kemampuannya sendiri masing-masing.

Sungguh berbeda dari ajaran mayoritas ulama yang mengajarkan proses  penyampaian ilmu atau wewenang dari seorang guru kepada muridnya.

Kita pasti banyak menemukan (dalam kitab-kitab mereka ataupun dalam buku-buku terjemahannya bahkan dalam gaya bicara mereka yang dilanjutkan oeh para pengikutnya), dimana kaum Salafi & Wahabi akan banyak berkata, "Berdasarkan firman Allah  atau "Berdasarkan sunnah/hadis Rasulullah Saw.  Sedangkan para pengikut ulama mayoritas banyak berkata, "Menurut Imam Nawawi di dalam kitab beliau …………

Lebih mengagetkan lagi ketika seorang temanku datang dan bertamu kerumah dan datang bersama suaminya,mereka tidak masuk ketika di persilakan. Hanya temanku saja yang mau masuk sedangkan suaminya hanya mau duduk di kursi depan.

Ada lagi yang sempat kurasakan aneh ketika aku puasa senin dan kamis ditanyakan tujuannya untuk apa dan aku hanya malah mendapatkan dalil baru.apa lagi biasanya setelah solat kebiasaanku adalah bersalaman dengan sesama yang ada di didekat kita. Sedangka n temankupun punya kebiasaan yang berbeda. Dan  masih banyak lagi contohnya

Dan jika mereka menanyakan, bukankah lebih tinggi al-Qur'an dan hadits daripada pendapat para ulama? Benar, tetapi masalahnya bukan pada al-Qur'an atau hadistnya, melainkan pada pemahamannya.

Yang terasa kaum salafi wahabi banyak keliru menempatkan dalil karena hanya disampaikan secara Dzahir dan harfiah saja.sehingga terkadang fatwa yang mereka keluarkan selalu terkesan aneh. Dan jika kita sadar maka itu sangat membahayakan kita dalam berkehidupan bermasyarakat karena pahamnya sangat banyak penyimpangan dalam aqidah Ahlussunah wal-jama’ah.

Jika kita masuk dan terlalu dalam ke dalam pembelajaran dan doktrinpun sudah masuk kuat maka kita akan sangat sulit saat membedakan mana hal-hal yang benar dan salah untuk di lakukan. Karena yang ada hanyalah untuk ketaatan semata.
Tapi jika belum terlalu jauh dan masih pasif mungkin sebagian dari kita bisa menyikapi perbedaan itu dengan bijaksana, meski terkadang keraguan itu muncul.

Tapi bila pahamnya diyakini makan akan menjadi benar dan jika tidak maka golongan sepertiku ini termasuk “sesat”.
Karena mereka menganggap pahamnya sangat istimewa maka yang ku lihat malah banyak memperlihatkan sifat sombing bagi para jamaahnya “pengikutnya”

Dan selama aku belajar sebentar bersama mereka, aku malah merasa banyak muncul permasalahan dalam rumah tanggaku. Banyak perdebatan kecil yang meluap hingga menjadi besar.
Munculnya sifat egoisku dan memaksa pasanganku untuk beribadah seperti yang aku mau, karena aku merasa benar.

Ternyata dampak dari belajar sebentar saja sudah sangat besar.
Jika ini berlanjut maka bisa hancur rumah tanggaku.
Sebagai kondektur dalam rumah tangga aku harus mengalah untuk keutuhan dan keharmonisan rumah tanggaku.
Harusnya kita bisa beribadah bersama dan saling mengingatkan untuk urusan dunia ahirat kami agar tetap seimbang.

Rasanya memulai beribadah setelah mengenal dunia salaf terasa sangat hambar dan berat karena pada saat berada di salaf kita memperoleh kepuasan dan kenyamanan yang luar biasa.
Dan yang terjadi ketika memulai dari nol lagi sebagai pribadi yang seperti dulu beribadah terasa sulit dan merasa hambar.

Tapi buat kebaikan aku harus yakin tuhan akan menunjukkan jalan yang lurus buat kita yang mau berusa. Amin
Masih banyak sekali yang belum tertulis dari pengalamanku mengenal dunia salaf.mohon bantuan kritik dan saran jika ada banyak yang tidak sependapat!.

Terimakasih.


2 komentar:

  1. Manusia hanya mahluk yang tidak sempurna....tugas manusia hanya berusaha mencari kebenaran menurut keyakinan kita tp jangan merasa paling benar....waaah bahaya bs timbul sifat sombong tmp disadari dan merasa plg baik, benar serta sorga miliknya sendiri, knp kok memperebutkan sorga dg sedemikian sombongnya??? Benar ato salah itu khan hak prerogative Alloh makanya hati2.sorga bwt lingkungan, kluarga Dan dirisendiri artinya Mejaga hubungan yg baik selama tidak menyimpang dr kaidah agama. Kalau tidak ya...pst jd orang asing di dunia spt hidup dihutan, apa mau merenungkan kitab Alqur'an dan hadis di gua ditengah hutan biar bening pikir sambil berpuasa serta beristigfar memohon ampun dan nur Dr yang Maha hidup itu muncul di dalam qolbu dan bukan hanya dialam pikiran semata

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas saranya @singir Asmara atas sarannya semoga dapat dijadikan renungan untuk penulis

      Hapus